Iklan

Minggu, 08 Desember 2019

Di Bawah Temaram Purnama



Cerita lusa, jum'at malam.

As ussualy, I always read yasen one kind of surah in the holly Qur'an, I read it with the surah alfatikhah as the beginning.. surah yasen, kulhu, falak binas as the clossing of the reading.
That night I made the du'a for all the moslem and moslemah..Mokmin and mokminah that had passed away in last time. Especially to my friend that the name was writted above.
Then some of flash imagine were on my mind. How hard the responsibility after the die became true.
When I enjoyed with this imagine, without my consciousness I walked away far from home in to the savana. Under the light of fullmoon. And the story was begun.
Di bawah temaram sinar bulan purnama, tampak seorang pria bersorban dengan corak gelap, duduk pada sebuah batu besar, dengan bukit-bukit yang tumbuhi pohon gandum, rumput yang kering mati dan tandus serta tanaman-tanaman padi yang telah terpotong meninggalkan pangkal-pangkalnya saja. Duduknya seperti duduknya penggembala yang sedang menunggui hewan gembalaanmya. Kemudian aku menghampirinya dari sisi sebelah kiri pria tersebut. Aku pun kemudian ikut serta duduk disebelahnya pada sebuah batu besar yang sama namun posisiku tak lebih tinggi dari pria tersebut sehingga aku bisa melihat postur tubuhnya yang ramping serta samar wajah rupawannya, hidung mancungnya, dan wajahnya tampak tiada senyuman.. dingin saja.
Aku melihat banyak emas berupa butiran pasir berserakan di tanah, di sisi bawah.
Aku berpikir, pria ini begitu menakjubkan mampu.menciptakan emas dan berparas rupawan, kenapa memilih menyendiri tengah sabana.
Tiba-tiba datanglah dua orang pria berpostur gempal menghampiri kami disana. Dengan tetap berdiri kedua pria itu berkata, " kami adalah utusan dunia, dan kami memintamu untuk merubah pasir yang lain disekitar sini untuk kamu rubah menjadi uranium dan bijih-bijih emas, untuk kami ".
Tanpa mengucap apapun kepada kedua utusan dunia itu, pria bersorban itu turun dari batu besar aku pun serentak mengikutinya. Diambilah segunduk kecil pasir... di pisahkannya dengan kefua tangannya itu kemudian terpisahlah antara batu kerikil, pasir, iranium, dan bijih-bijih emas.
Salah seorang dari mereka menodongkan senjata pistol, sambil berkata, " bunuh kedua orang ini dan kita ambil gundukan-gundukan yang berharga ini ".
Kemudian pria bersorban itu berdiri tanpa expresi apapun dingin saja, meninggalkan kedua utusan dunia itu. Ditengah langkah kami yang sedang pergi berlalu, datanglah menyusul seekor kucing, dari coraknya jelas sekali itu bukan kucing persia apalagi kucing angora.. tapi sangat jelas kucing batu yang berlari menghampiri dan bergelayut manja diantata kedua kaki bersorban secara bergantian.
Kira-kota 17 langkah berlalu, salah satunya bekata, " itu adalah Muhammad ". Tapi peluru sudah lepas dari larasnya. Peluru pistol itu benar-benar akan meledakkan jantung dan kepala kami 0,5 detik lagi saja.
Dari bukit sebelah suara pria yang lain tanpa wujud bergema, " celakalah kalian itu adalah muhammad ".
Tiba-tiba keajaiban datang. Angin kencang datang menghalau derasnya kilatan laju peluru. Bersamaan itu pula tanaman gandum, rerumputan dan padi seketika tumbuh menjalar tiada tertahan kemana-mana tanamannya memanjamg dan terus memanjang mencari tempat kosong untuk diisi. Seketika tempat itu yang tadinya hanya dengan temaram purnama saja saat itu menjadi tetang benderang dengan sinar keemasan dari tumbuh-tumbuhan disekitarnya.
Akupun terbangun, rupanya baru jam 4 pagi.
Kudu adus.. kudu nguli meneh.
Wes ngunu terus






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Nahkoda

Surat Untuk Nahkoda 2014. Cukup angka itu yg akan selalu diingatnya. Sejak saat itu, selalu saja 2 buah pucuk surat tulisan tangan kakeknya ...