Sahabat Pena.
Suatu sore,disebuah koridor stasiun kereta api,di yahoo kimo,Papua.Seorang lelaki moslem berwajah tampan berusia kurang lebih 20 tahunan,berambut ikal,warna pirang,berkulit sawo matang bernama Alfredo.Duduk termangu seolah sedang menunggu sesuatu.Tiap kereta yang singgah dan berhenti distasiun diamatinya dengan harap cemas.Tapi apa yang dicarinya tak kunjung tiba.
Sahabatnya,iyah sahabatnya.Seorang gadis moslem dewasa,parasnya cantik,berasal dari timor leste.Sahabat pena Alfredo yang dikenalnya sejak beberapa tahun silam,dia bernama Laura da costa.
Beberapa kali mereka saling bertemu distasiun kereta ini,sekedar untuk berbagi cerita dan saling menanyakan kabar.Atau seringkali mereka saling menulis surat untuk berkirim kabar,yang mereka titipkan lewat seorang awak kereta api " Mutiara hitam ".Namun sudah sejak 2 bulan terakhir ini kereta tersebut sudah berhenti beroperasi,dan awak kapal kereta tersebut pun sudah tidak ada kabarnya lagi.
Merahnya senja di sore itu,semakin menambah kerisauan hati,yang kian menggundah gulana.Raut wajah lesu,dan ekspresi keputus asaan sangat nampak pada diri laki-laki tampan itu.
Hingga pukul 05.30 sore,stasiun tua itu pun tutup.Tak seorang pun duduk di stasiun kereta itu lagi,hanya dirinya seorang saja.
Secarik kertas yang terbungkus amplop biru yang Ia tulis sejak 3 bulan yang lalu,masih tergenggam erat di tangannya.
" Laura da costa,
" Laura da costa,
Sahabat penaku.
Kau kabarkan tentang,jalan hidupmu.
Bunga-bunga kini,jatuh berguguran.
Seakan,turut merasakan hatimu laura..
Laura engkau laura..sahabat hatiku yang lara..
Seakan,turut merasakan hatimu laura..
Laura engkau laura..sahabat hatiku yang lara..
Sahabat sejati,
Luv,
Alfredo "
Rupanya,dalam surat terakhir Laura yang dikirim buat Alfredo,mengabarkan bahwa Laura dalam kondisi kritis akibat kanker di kepala yang di idapnya sudah memasuki stadium II.
Sore itu,dengan langkah gontai Alfredo meninggalkan stasiun tercintanya.Menyusuri padang berbukit-bukit kecil,di tengah merahnya rona senja...
Pupus sudah harapan,punah sudah impian.Goresan tinta pena di stasiun kereta api yahoo kimo,kini berakhir sudah.
Mungkin juga Laura merasakan getar dawai hati Alfredo.
Sebuncah harapan,selarik do'a,sebait kenangan..terucap calam hati Alfredo,kemudian larut dalam hangatnya setitik air mata di pelupuknya.
Hanya campur tangan Tuhan saja yang sanggup mempertemukan mereka kembali.Ia pun ikhlas akan kehendak Illahi.
Terima kasih Tuhan,bisik Alfredo.
Writted by : Yayat Budiman.