Iklan

Kamis, 16 Juni 2016

Sahabat Pena



Sahabat Pena.

Suatu sore,disebuah koridor stasiun kereta api,di yahoo kimo,Papua.Seorang lelaki moslem berwajah tampan berusia kurang lebih 20 tahunan,berambut ikal,warna pirang,berkulit sawo matang bernama Alfredo.Duduk termangu seolah sedang menunggu sesuatu.Tiap kereta yang singgah dan berhenti distasiun diamatinya dengan harap cemas.Tapi apa yang dicarinya tak kunjung tiba.

Sahabatnya,iyah sahabatnya.Seorang gadis moslem dewasa,parasnya cantik,berasal dari timor leste.Sahabat pena Alfredo yang dikenalnya sejak beberapa tahun silam,dia bernama Laura da costa.

Beberapa kali mereka saling bertemu distasiun kereta ini,sekedar untuk berbagi cerita dan saling menanyakan kabar.Atau seringkali mereka saling menulis surat untuk berkirim kabar,yang mereka titipkan lewat seorang awak kereta api " Mutiara hitam ".Namun sudah sejak 2 bulan terakhir ini kereta tersebut sudah berhenti beroperasi,dan awak kapal kereta tersebut pun sudah tidak ada kabarnya lagi.

Merahnya senja di sore itu,semakin menambah kerisauan hati,yang kian menggundah gulana.Raut wajah lesu,dan ekspresi keputus asaan sangat nampak pada diri laki-laki tampan itu.
Hingga pukul 05.30 sore,stasiun tua itu pun tutup.Tak seorang pun duduk di stasiun kereta itu lagi,hanya dirinya seorang saja.
Secarik kertas yang terbungkus amplop biru yang Ia tulis sejak 3 bulan yang lalu,masih tergenggam erat di tangannya.

" Laura da costa,
Sahabat penaku.
Kau kabarkan tentang,jalan hidupmu.
Bunga-bunga kini,jatuh berguguran.
Seakan,turut merasakan hatimu laura..
Laura engkau laura..sahabat hatiku yang lara..

Sahabat sejati,
Luv,
Alfredo "

Rupanya,dalam surat terakhir Laura yang dikirim buat Alfredo,mengabarkan bahwa Laura dalam kondisi kritis akibat kanker di kepala yang di idapnya sudah memasuki stadium II.
Sore itu,dengan langkah gontai Alfredo meninggalkan stasiun tercintanya.Menyusuri padang berbukit-bukit kecil,di tengah merahnya rona senja...
Pupus sudah harapan,punah sudah impian.Goresan tinta pena di stasiun kereta api yahoo kimo,kini berakhir sudah.

Mungkin juga Laura merasakan getar dawai hati Alfredo.
Sebuncah harapan,selarik do'a,sebait kenangan..terucap calam hati Alfredo,kemudian larut dalam hangatnya setitik air mata di pelupuknya.
Hanya campur tangan Tuhan saja yang sanggup mempertemukan mereka kembali.Ia pun ikhlas akan kehendak Illahi.

Terima kasih Tuhan,bisik Alfredo.


Writted by : Yayat Budiman.

Embun Di Penghujung Malam



Ode Untuk Sahabat.

"Sahur..sahur" suara sekumpulan anak-anak itu seketika memecahkan tidur nyenyakku ditengah kesunyian malam.Perlahan kubuka mataku.."Oh,anak-anak RT sebelah rupanya" gumamku,seolah-olah aku masih berada dirumah kosan jalan kantil,sidakaya.

Tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamar tidurku,"Sahur...sudah menjelang pagi" aku terkejut seperti suara ibuku.Sambil menyingkap selimut kuraba-raba tempat tidurku.Barulah aku sadar rupanya ini adalah malam keduaku dirumah.Sengaja aku akhirkan waktu santap sahurku malam ini,agar ada tenaga simpanan dalam perjalananku hari ini.

"Santap sahurnya telat..tidak seperti kemarin" ibuku menyelidik.Aku terdiam sambil meneguk air."Jadi ke Salatiga..." sambung ibuku.Sejurus kulihat wajah ibu, guratan wajah yang kian menua..serta rona wajah yang penuh dengan pengharapan dan do'a itu seolah ingin mengetahui sebuah kepastian."Insyaallah bu...." jawabku datar,kulihat ada sedikit senyum terkembang disana.

Kusiapkan beberapa berkas lama yang kuanggap mungkin diperlukan saja.Lalu kuambil sehelai baju dari dalam almari untuk kukenakan ke Salatiga pagi ini.Kemudian "Degg..." jantungku berhenti berdegup, sesaat kemudian terasa aliran darah dalam tubuh yang lebih cepat.

Kulihat jaket pemberian adik-adik peserta diklat SMK N I CILACAP dalam barisan jaket-jaket disana.


Aku teringat siang itu.Sebenarnya aku merasa enggan untuk menerima hadiah itu, lagian itu adalah uang hasil patungan uang jajan mereka.Tak tega melihat itu semua..namun tak sampai hati juga menolaknya.Namun bagaimana lagi aku juga harus menghargai keputusan mereka.Akhirnya kuputuskan bahwa jaket inilah yang akan menemani pertemuanku dengan direktur lim hari ini.


Iya....adik-adik peserta itu adalah peserta yang pintar-pintar,rajin,lucu-lucu,dan memiliki jiwa persaudaraan yang kuat antara yang satu dengan yang lainnya.Dua bulan, pertemuan yang singkat dan sarat dengan kenangan.

Acara perpisahan waktu itu kebetulan dibarengi dengan hari ulang tahun June,salah satu siswi cantik alumni Boedi Oetomo yang ikut bergabung dalam diklat waktu itu.Masih teringat betul kejadian dihari itu,aku bagikan beberap pensil,dan bolpoin sebagai tanda perpisahan.Tapi gadis cantik ini tidak aku beri apapun setelah yang lainnya kebagian.Kulihat ada sebentuk kekecewaan yang mendalam disana..seolah aku melupakannya begitu saja.Kasihan juga melihatnya tidak bisa berlama-lama akhirnya kuberikan juga satu bolpoin yang agak beda dibanding yang lainnya.Dan kulihat wajahnya pun bersinar lagi.


Kesedihan menyelimutiku kala menyampaikan kata perpisahan hari itu.Seolah ada ribuan luka lama ikut membuncah dalam hatiku.Hampir aku tak kuasa menahan emosiku,mata yang berkaca-kaca seolah ingin dilelehkan..bahkan dinginnya angin dipelupuk mata sudah terasa.Dengan sigap kuambil hape dalam saku celanaku,lalu aku berusaha melupakan keadaan dengan cara asyik membuka-buka isinya."Biarlah mereka merasa tidak diacuhkan sementara waktu,daripada aku harus menanggung malu akibat gejolak emosi dalam jiwaku" pikirku waktu itu.Setidak-tidaknya aku kuat menghadapi perpisahan itu.Begitu banyak perpisahan telah aku rasakan disepanjang perjalanan hidup ini, dan luka akibat perpisahan bukan hanya perih namun menyesakkan dada dan mengoyak jiwa.Surat-surat kecil itu juga semakin menambah beratnya rasa perpisahan itu sendiri.Namun aku sadar bahwa mereka sudah saatnya untuk bangkit...bangun dari tidur panjangnya...mewujudkan segala imajinasinya...serta harus kuat dalam menentukan langkah kehidupannya...

Teruslah semangat adik-adik para putra pertiwiku....Songsonglah hari esok dengan penuh kegigihan....Lekatkanlah tujuan dan jangan sesekali menoleh kebelakang.....Cukuplah yang dibelakang kau kenang dalam kanvas bola mata masa depan.....Dan bersiaplah untuk menatap cerahnya merah mentari pagi disegenap persada bumi pertiwi....


Salatiga,18 juni 2015.
A true storry.
Writted by fayed b.
With luv.



CERITA DARI NAVIA

CERITA DARI NAVIA       Gemerlapnya lampu malam di kota Surabaya ini,dan syahdunya alunan musik dari sebuah bar melayu mengingatkanku pada k...