Iklan

Minggu, 04 Juni 2023

CERITA DARI NAVIA


CERITA DARI NAVIA
 
 
 
Gemerlapnya lampu malam di kota Surabaya ini,dan syahdunya alunan musik dari sebuah bar melayu mengingatkanku pada kejadian 3 tahun silam.Akan sebuah perjalanan yang telah mengantarkanku hingga sampai disini.
 
Pagi itu,waktu menunjukan pukul 05.30 pertengahan mei 2011.Tak seperti biasanya,pagi itu mesin motor vespaku  tidak mau hidup juga,meski telah berkali-kali aku starter.Tak pelak akhirnya mengalah juga,tanganku yang sudah bersih kotor blopotan oli lagi.Tak lama kemudian,setelah aku bersihkan businya dari  terak hitam akibat proses pembakaran,suara merdu pun terdengar.
‘’tang,trang,tang,trang,tangggg....tang,tangggg..’’.
’’mau  nyala juga ney bandot tua”,gumamku.Tepat pukul 06.00 pagi aku pun berangkat kerja menyusuri jalan raya Banjarnegara – Purbalingga.Satu jam berlalu,hingga tibalah aku di “PT  Indokores Sahabat “purbalingga,lalu masuklah aku kedalam sebuah bangunan besar,yang sudah tua umurnya,tepatnya sebuah pabrik pembuatan rambut dan bulu mata,yang menyewa lahan dan bangunan diatas tanah sebuah stasiun kereta api tua peninggalan jaman kolonial belanda dulu,di kota ini.Meskipun waktu sudah menunjukan pukul 07.00 namun pagi ini masih belum nampak seorang karyawan pun yang datang.Biasanya aku berangkat bersama adik perempuanku,namun adikku sedang sakit sehingga sudah 3 hari ini tidak dapat masuk kerja.Kususuri koridor demi koridor,kuamati bangku-bangku karyawan yang masih kosong disegenap penjuru ruangan,ribuan jumlahnya.Tak terbayangkan bagaimana riuh sesaknya,dan panasnya suhu udara dalam ruangan,serta aroma dari bercampurnya aneka macam parfum dalam sebuah ruangan tak ber-AC ini manakala aktivitas sedang dimulai.
 
                Dan di dalam area pabrik rambut yang besar ini,terdapatlah sebuah pabrik kecil dengan lahan minim,tepatnya dipojokan area pabrik,yaitu lahan yang tidak pernah digunakan sebelumnya.Didepan pintu masuk pabrik ini tergantung sebuah papan kecil dengan pengait dan rantai diatasnya,”NAVIA” begitu bunyi tulisan yang terpampang disana.Sepengetahuanku,navia adalah sebuah pabrik aksesoris untuk wanita dengan bahan baku perak dan kuningan.Belum begitu banyak aku mengenal tempat ini,maklum baru satu minggu yang lalu aku belajar dan bekerja ditempat ini..itupun dalam seminggu masuk hanya 3 hari saja.Dan 3 hari yang lain,aku mesti masuk kerja ditempat lain lagi pada sebuah pabrik baru dan besar yang sedang mulai dibangun,dimana tahap pengerjaannya hingga saat ini baru memasuki tahap pembuatan pondasi gedung-gedung pabrik yang lahannya saja masih berupa sawah dan lumpur.Dalam pembuatan pabrik baru ini,aku dan ketujuh orang temanku termasuk adik perempuanku hanya bertanggung jawab untuk mengawasi dan melaporkan manakala ada kekurangan sempurnaan dalam pengerjaannya kepada Pak Direktur di perusahaan yang masih baru ini.Supervisor begitulah jabatan yang kami sandang yang diberikan Direktur kepada kami waktu itu.
 
                Meski kami adalah para supervisor-supervisor dalam pembangunan pabrik baru itu,dan kelak kami juga adalah supervisor-supervisor pabrik pada bagian kami masing-masing,tapi kami masih belum terlatih dalam hal pembuatan aksesoris ini dari mulai bahan baku hingga proses ekspor.Sehingga kami masih butuh waktu untuk belajar meski sekedar tahap pemahaman saja. Karena itulah,di navia sebuah pabrik kecil yang hanya berkapasitas 450 karyawan ini kami menimba dan menempa ilmu.Dan kebetulan aku mendapat tugas menimba ilmu di bagian Quality Control,tidak sebegitu rumit seperti yang adikku dapatkan di bagian wax atau proses awal dari sebuah pembuatan model cetak.
 
                Oh ya,namaku Yayat Budiman,biasanya aku dipanggil dengan panggilan yayat.Sebuah nama yang simpel bagiku dan mudah diingat meski bagi seorang anak balita sekalipun.Usiaku menginjak 31 tahun,dan hingga kini belum memiliki seorang pendamping hidup juga.Padahal menurut orang kampung dimana aku tinggal “kurang opo kowe le?,,,...lah nek awakmu urong rabi-rabi njur kapan olehmu arep rabi le ?..”,artinya kurang lebih mengatakan agar aku bersegera untuk menikah.Sebenarnya topik ini paling sensitif bagi aku untuk membahasnya,namun terkadang orang tidak mau tahu juga,dan bahkan kadang dijadikan bahan bercanda yang menarik bagi mereka.
 
                6 bulan pun berlalu tanpa terhitungkan betapa payah dan tersitanya pikiran hanya untuk sesuatu yang tidak akan jelas bagaimana akhirnya nanti,dan pembangunan pabrik baru itu pun terselesaikan.Dan proses belajar di navia pun dihentikan,lalu saatnya untuk menguji ilmu baru telah dimulai.Hampir 2 bulan lamanya aku bekerja di bagian Quality Control,tapi Manager Direktur memintaku  agar bergabung dengan Staff Kantor.Pada awalnya aku menolak,dengan alasan bahwa aku sudah suka di bagianku itu,Direktur pun mau mengerti.Dalam berbagai persoalan kantor plus berbagai macam persoalan internal perusahaan yang masih belum terselesaikan juga termasuk dalam interview perekrutan karyawan,dulu biasanya aku yang menyelesaikan tentu dengan didiskusikan terlebih dahulu dengan Manager Direktur.Sehingga kini,untuk urusan-urusan yang seperti itu beliau menggunakan teman-temanku yang lain dan bahkan menyewa konsultan dari luar.
 
                Hanya 1 bulan berselang,Beliau mengatakan bahwa meskipun sulit untuk memahami karakter aku,dengan melihat dari rasa tanggung jawab,serta paham dari cara kerjaku beliau menyatakan merasa sangat cocok dengan hasil kerjaku selama ini.Akhirnya pada sebuah meeting,disaat jam istirahat siang,antara beliau,aku,dan owner pabrik,dinyatakan bahwa aku tidak boleh menolak keputusan itu,sehingga mulai siang itu juga,meskipun awalnya dengan berat hati aku pun bergabung dengan Staff Kantor.Kerja siang itu,aku awali dengan menemani Pak Direktur berkunjung ke kantor Kapolres,selain untuk bersilaturakhmi juga untuk membahas mengenai bantuan keamanan di wilayah perusahaan dari kepolisian.Setelah itu,sering terjadi pertemuan antara Beliau dengan Pak Kapolres sementara aku cukup sebagai translater kondisi kepepet saja,dan bahkan sering menjadi pendengar yang setia,karena aku hanya cukup manggut-manggut manis,sambil sesekali tersenyum dan sedikit tertawa saja manakala disana terjadi komunikasi yang sinkron dan harmonis.Kerjaku lumayan capek dan super sibuk hingga pada saat sudah pulang kerumah sekalipun,pikiranku merasa sangat tidak nyaman karena bayang tugas-tugas kantor yang masih menumpuk.Itu berakibat lampu kamarku selalu menyala,dengan ditemani sebuah lap top mungilku hingga malam larut.Belum lagi PR pembuatan kawasan berikat yang aku mesti lengkapi sebagai persyaratannya,untuk kemudian menghadap Bupati di tingkat kabupaten,bahkan hingga kantor BKPM dan Kantor Pabean pusat,sebuah Departemen di bawah naungan menteri perindustrian dan perdagangan yang berkantor di jalan gatot subroto,serta dibawah naungan menteri keuangan yang berkantor di Rawamangun waktu itu.Pokoknya seabreg pekerjaan masih mengantri,meminta untuk segera diselesaikan,sementara aku mesti mengurus pengajuan visa untuk pekerja asing di kantor Direktorat Jenderal dan Imigrasi dijakarta,setelah itu perpanjangan visa untuk izin tinggalnya.Merubah RPTKA untuk penerbitan IMTA hingga pembuatan KITAS masing-masing Warga Negara Asingnya.Belum lagi bolak-balik Surabaya-Semarang-Jogja untuk belanja alat-alat kerja tambahan keperluan pabrik,juga ke Jakarta dalam rangka mengambil beberapa buah peti kemas yang bermasalah di pelabuhan tanjung periuk.Benar-benar sangat tidak nyaman rasanya waktu itu.....
 
                Dan di dalam setiap kejenuhan dan kesendirianku selama tugas luar ,aku tetap berusaha untuk bisa membuat hati ini bahagia dengan cara tersenyum dan memberi harapan-harapan yang aku sendiri tidak tahu apakah itu akan terwujud kelak,yah setidak-tidaknya bisa mengembalikan stamina dan fokus isi kepalaku lagi meski sesaat.Satu hal yang pasti,yaitu keyakinanku dalam beribadah dan semangatku dalam bekerja bahwa Meskipun Tuhan tidak memberi semua akan apa-apa yang aku minta,tapi IA akan memberi apa-apa yang aku butuhkan.
Hal ini telah berkali-kali aku buktikan dan aku alami hingga kini.Sehingga terkadang aku merasa bahwa Tuhan sangat baik padaku.
 
                Perjalanan adalah sesuatu yang harus dijalani dan dihayati serta dinikmati dalam setiap langkahnya,seperti apapun warna dan nuansanya. Agar kelak kita dapat mengambil barang sedikit ilmu lalu digunakannya,atas segala hikmah yang pernah kita alami.Hingga saat ini aku masih punya beberapa impian besar,satu impian diantaranya yaitu dapat melakukan wukuf di padang arofah pada bulan haji,beribadah dan memanjatkan do’a kehadirat Allah SWT tepat di depan ka’baitulloh,lalu mengerjakan sholat sunnah di tempat roudloh di masjid nabawi.Adikku pernah bilang padaku,bahwa seandainya masih selalu dianugerahi kesehatan,kesempatan,dan rizqi yang cukup adikku selalu memiliki niat,kelak untuk dapat berangkat kesana lagi.Mungkin kecintaannya pada Allah dan kerinduannya pada Rosul bisa sedikit terobati sesampainya disana.
 
Tanah suci ini juga merupakan sebuah tempat di mana dulu seorang wanita yang pintar,pendiam,taat beribadah,serta menjaga kesucian dirinya dengan mengenakan purdah,juga sempat menjadi ustadzah bagiku...bahkan sempat mencuri sebagian isi hatiku.Nama wanita itu adalah,ahh....hanya menyebutkan namanya saja,terasa semakin cepat aliran darahku dan berdegup dengan tidak normal jantungku hingga kini.Ia juga pernah berdo’a dan bermunajat kepada_Nya disana.Bahkan pada saat sehabis menunaikan shalat tahajud di masjid nabawi sana ia sempat berkirim SMS terakhir padaku,dan dalam SMS itu ia menegaskan bahwa kalau jodoh pasti akan bertemu lagi sesulit apapun jalan itu,dan kalau tidak berjodoh maka tidak akan dapat bersatu semudah apapun jalan itu.Intinya meskipun setelah itu tidak akan pernah ada komunikasi lagi tapi bahwa Do’a adalah jalan satu-satunya yang mesti diambil,dan untuk diikhlaskan hanya pada-Nya saja.Lalu setelah itu,ia memutuskan atas apa-apa yang ia ingin putuskan,namun aku yakin IA maha mengetahui segala isi hati,dan semoga aku bisa selalu terus bersabar serta ikhlas atas segala yang telah IA tetapkan...hingga hari terakhir bagiku,untuk menghadap kehadirat_Nya.
 
Aku merasa,semakin hari disamping semakin bertambah tua umurku..terasa sangat semakin berat aku menjalani kehidupan ini.Diluar sana,banyak wajah-wajah baru dan lama yang berparas elok dan rupawan namun hatinya tak ubahnya seekor binatang yang memiliki kawanan dan seringai-seringai buas mematikan,haus darah dan kematian.Seolah-olah cucuran keringat dan darah orang lain yang telah para kawanan itu reguk,tidak pernah dapat memuaskan para kawanan itu tetapi malah semakin menambah kedahagaannya saja. Sementara aku hanya seorang diri yang selalu berhati-hati dalam menyusuri lebat dan gelapnya belantara kehidupan,bahkan terkadang harus bersembunyi di sebalik pohon untuk menghindari serangan membabi buta para kawanan...sedang aku hanya membawa sesuluh api kecil yang dapat padam tertiup angin disetiap saat,aku hanya mengandalkan do’a dan kebaikan dari Tuhan saja.
 
Entah perjalanan seperti apa lagi yang akan aku tapaki setelah hari ini,aku tidak pernah tahu.Mungkin cerah atau malah sebaliknya,aku hanya berusaha menjadi hamba yang baik dan mampu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.Bukankan kita hanya akan menuai atas apa yang telah kita tabur?.Meskipun begitu kehidupan tetaplah misteri,yang setiap peluang dan kemungkinannya selalu dapat berubah dalam setiap setengah detiknya saja.Setidak-tidaknya aku masih bisa berdo’a dan berusaha,serta masih memiliki pengharapan.Yaitu kebaikan dari Tuhan,Raja semesta alam.
 
 
 
 
 
Djawa,18 oktober 2014.
A true story
By Yayat Budiman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CERITA DARI NAVIA

CERITA DARI NAVIA       Gemerlapnya lampu malam di kota Surabaya ini,dan syahdunya alunan musik dari sebuah bar melayu mengingatkanku pada k...