Iklan

Rabu, 11 Oktober 2017

Senja dari bordes kereta



Bordes Kereta Senja.

Perjalanan menuju ke jakarta sore itu terasa sangat sunyi dalam sebuah gerbong kereta yang ramai dengan para penumpangnya. Pada barisan depan tampak seorang anak laki-laki kecil bergelayut manja dalam pangkuan ibunya. Ada yang asyik dengan alunan musik dalam ear phonenya, ada yang asyik dengan koran di depan kacamata tebalnya, dan ada juga yang bersandar manja pada sang pujaan hatinya. Sementara aku asyik dengan menerawang keadaan ditengah lamunanku.
Rasa jenuh akhirnya mengalahkan angkuhnya sikap diamku, hingga membawaku ke dalam sebuah bordes kereta.
Jauh diujung sana tampak indahnya karunia yang Maha Kuasa. Barisan perbukitan yang menghijau, nyiur pepohonan kelapa yang mengisyaratkan kedamaian bumi pertiwi, lembah pegunungan yang jauh nan teduh, serta hamparan pesawahan yang luas dengan pohon dan padinya yang tampak kuning keemasan.
Ke sinilah aku selalu kembali, disinilah aku merasa hidup, kala perjalanan panjang telah di mulai, dalam sebuah bordes kereta dikala hari menjelang senja.
Terasa pundakku disentuh seseorang, tampa wajahnya sangat tampan dan rupawan. Warna kulitnya putih kemerah-merahan, bentuk badannya pun tegap. Hanya saja senyum diwajahnya agak dingin dan muram. Jelas itu adalah orang eropa, dengan bahasanya ia berkata padaku seperti serentetan peluru es yang dihamburkan dari sebuah laras gandanya.
" Tahukah kamu ada berapa penumpang dalam kereta ini ?, tahukah kamu kemana kita akan dibawa kereta ini, dan di mana kereta ini akan berhenti ?, tahukah kamu siapa masinis kereta ini ?, tahukah kamu dari negara mana saja para penumpang kereta ini ?, dan tahukah kamu bahwa kamu adalah seorang perenung yang sangat beruntung ? ", begitu ia berkata.
Sungguh aneh pikirku.
Kemudian ia menjelaskan beberapa hal kepadaku, " ibarat kehidupan, kereta inilah yang mengambil hidupmu dari kehidupan. Kereta inilah yang mengantarkan substansi hidupmu setelah kematian ragamu. Kereta ini berisi  minimal 2500 penumpang orang indonesia setiap harinya, dan ribuan penumpang dari berbagai negara lainnya dari masing-masing stasiunnya. Masinis kereta ini menguasai multi bahasa, sangat disiplin danbtidak akan membiarkan satu pun dari penumpangnya tertinggal. Dan kereta ini akan melewati stasiun mars, stasiun pluto, dan akan berhenti pada sebuah stasiun terakhir yaitu stasiun barzakh. Di sanalah kita semua akan diturunkan tanpa ada yang tertinggal. Di stasiun barzakh masing-masing dari kita akan mendapatkan akomodasi yang sesuai dengan tiket keretanya. Saya mendengar kebanyakan dari para penumpang kereta yang kemarin, dan kemarin lusa mendapatkan akomodasi yang buruk dan banyak yang menjadi gelandangan di stasiun barzakh sana. Serta para calon penumpang besok dan besok lusa adalah penumpang teladan sepanjang masa bahkan telah disiapkan hotel mewahnya. Entah dengan kita para oenumpang hari ini. Saya dengar dari masinis dan awak kereta senja ini, bahwa kamu sangat beruntung karena akan diturunkan di stasiun jatinegara itu  berarti kamu memiliki kesempatan untuk membeli tiket kereta sesuka hatimu, betapa beruntungnya dirimu aku iri kepadamu ", begitu jelasnya dan ia pun berlalu dan menghilang di balik pintu.
Kemudian bahuku pun ditepuk kembali dengan tepukan, dan irama yang sama. Aku seolah baru terjaga kemudian terbangun dari tidurku.
Kini kulihat wajahnya sangat cantik jelita, jemarinya tampak lembut dan senyumnya pun sangat anggun penuh pesona. " maaf bapak, dimohon untuk menunjukan tiket kereta apinya, serta tidurlah pada tempat duduk yang tersedia karena bordes kereta adalah tempat yang berbahaya untuk tidur sambil jongkok ", jelas petugas kereta api sambil tersenyum lebar, selebar lautan.
" Oh, manusia toh kirain roh orang mati ", pikirku sambil beringsut menuju tempat duduk didalam gerbong kereta, senja ini.

CERITA DARI NAVIA

CERITA DARI NAVIA       Gemerlapnya lampu malam di kota Surabaya ini,dan syahdunya alunan musik dari sebuah bar melayu mengingatkanku pada k...