Iklan

Kamis, 16 Juni 2016

Embun Di Penghujung Malam



Ode Untuk Sahabat.

"Sahur..sahur" suara sekumpulan anak-anak itu seketika memecahkan tidur nyenyakku ditengah kesunyian malam.Perlahan kubuka mataku.."Oh,anak-anak RT sebelah rupanya" gumamku,seolah-olah aku masih berada dirumah kosan jalan kantil,sidakaya.

Tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamar tidurku,"Sahur...sudah menjelang pagi" aku terkejut seperti suara ibuku.Sambil menyingkap selimut kuraba-raba tempat tidurku.Barulah aku sadar rupanya ini adalah malam keduaku dirumah.Sengaja aku akhirkan waktu santap sahurku malam ini,agar ada tenaga simpanan dalam perjalananku hari ini.

"Santap sahurnya telat..tidak seperti kemarin" ibuku menyelidik.Aku terdiam sambil meneguk air."Jadi ke Salatiga..." sambung ibuku.Sejurus kulihat wajah ibu, guratan wajah yang kian menua..serta rona wajah yang penuh dengan pengharapan dan do'a itu seolah ingin mengetahui sebuah kepastian."Insyaallah bu...." jawabku datar,kulihat ada sedikit senyum terkembang disana.

Kusiapkan beberapa berkas lama yang kuanggap mungkin diperlukan saja.Lalu kuambil sehelai baju dari dalam almari untuk kukenakan ke Salatiga pagi ini.Kemudian "Degg..." jantungku berhenti berdegup, sesaat kemudian terasa aliran darah dalam tubuh yang lebih cepat.

Kulihat jaket pemberian adik-adik peserta diklat SMK N I CILACAP dalam barisan jaket-jaket disana.


Aku teringat siang itu.Sebenarnya aku merasa enggan untuk menerima hadiah itu, lagian itu adalah uang hasil patungan uang jajan mereka.Tak tega melihat itu semua..namun tak sampai hati juga menolaknya.Namun bagaimana lagi aku juga harus menghargai keputusan mereka.Akhirnya kuputuskan bahwa jaket inilah yang akan menemani pertemuanku dengan direktur lim hari ini.


Iya....adik-adik peserta itu adalah peserta yang pintar-pintar,rajin,lucu-lucu,dan memiliki jiwa persaudaraan yang kuat antara yang satu dengan yang lainnya.Dua bulan, pertemuan yang singkat dan sarat dengan kenangan.

Acara perpisahan waktu itu kebetulan dibarengi dengan hari ulang tahun June,salah satu siswi cantik alumni Boedi Oetomo yang ikut bergabung dalam diklat waktu itu.Masih teringat betul kejadian dihari itu,aku bagikan beberap pensil,dan bolpoin sebagai tanda perpisahan.Tapi gadis cantik ini tidak aku beri apapun setelah yang lainnya kebagian.Kulihat ada sebentuk kekecewaan yang mendalam disana..seolah aku melupakannya begitu saja.Kasihan juga melihatnya tidak bisa berlama-lama akhirnya kuberikan juga satu bolpoin yang agak beda dibanding yang lainnya.Dan kulihat wajahnya pun bersinar lagi.


Kesedihan menyelimutiku kala menyampaikan kata perpisahan hari itu.Seolah ada ribuan luka lama ikut membuncah dalam hatiku.Hampir aku tak kuasa menahan emosiku,mata yang berkaca-kaca seolah ingin dilelehkan..bahkan dinginnya angin dipelupuk mata sudah terasa.Dengan sigap kuambil hape dalam saku celanaku,lalu aku berusaha melupakan keadaan dengan cara asyik membuka-buka isinya."Biarlah mereka merasa tidak diacuhkan sementara waktu,daripada aku harus menanggung malu akibat gejolak emosi dalam jiwaku" pikirku waktu itu.Setidak-tidaknya aku kuat menghadapi perpisahan itu.Begitu banyak perpisahan telah aku rasakan disepanjang perjalanan hidup ini, dan luka akibat perpisahan bukan hanya perih namun menyesakkan dada dan mengoyak jiwa.Surat-surat kecil itu juga semakin menambah beratnya rasa perpisahan itu sendiri.Namun aku sadar bahwa mereka sudah saatnya untuk bangkit...bangun dari tidur panjangnya...mewujudkan segala imajinasinya...serta harus kuat dalam menentukan langkah kehidupannya...

Teruslah semangat adik-adik para putra pertiwiku....Songsonglah hari esok dengan penuh kegigihan....Lekatkanlah tujuan dan jangan sesekali menoleh kebelakang.....Cukuplah yang dibelakang kau kenang dalam kanvas bola mata masa depan.....Dan bersiaplah untuk menatap cerahnya merah mentari pagi disegenap persada bumi pertiwi....


Salatiga,18 juni 2015.
A true storry.
Writted by fayed b.
With luv.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Nahkoda

Surat Untuk Nahkoda 2014. Cukup angka itu yg akan selalu diingatnya. Sejak saat itu, selalu saja 2 buah pucuk surat tulisan tangan kakeknya ...