Iklan

Kamis, 02 Maret 2017

Sahabatku telah berpulang



Sahabatku telah pulang

Hari itu tanggal 23 juli 2015.
Baru 10 hari yang lalu, belum genap 2 minggu.
Pak direktur memperkenalkan aku dengan warga asing yang menjabat sebagai kepala produksi di perusahaan ini, di salatiga.
Beberapa menit kemudian di panggilah seorang supervisor warga indonesia, ilin namanya.
Kami pun berjabat tangan erat, senyum dari wajah tampannya pun mengembang." ilin ", ucapnya mantap. Aku biasa memanggilnya dengan mas ilin, meskipun usiaku terpaut 4 tahun lebih tua, tapi dia adalah seniorku dan dia pun sudah berkeluarga dan sudah mempunyai seorang putra yang masih balita.
Sejak saat itu kami sangat akrab dan sangat dekat..hampir tiada jarak.
Kemana pun hampir selalu bersama.
Bila waktu makan siang tiba, mas ilin selalu sudah memesankan makan siang untukku. Bedanya, setelah selesai makan siang aku langsung menunaikan shalat zohor sementara mas ilin yang bahkan bukan perokok itu tetap duduk sambil ngobrol dengan securiti dan para karyawan lain. Meski begitu mas ilin selalu memberikan aku ruang untuk shalat dulu.
Seperti biasa siang hari tadi pun kami makan siang bersama. Tetapi karena aku ada penataan kerja di kantor tempat kerja yang baru, sehingga istirahat siangku pun terlambat.
Begitu sampai di tempat biasa kucari-cari mas ilin tidak ada. Tidak tahunya mas ilin sedang makan siang dibalik pintu. " Maaf mas saya makan siang duluan, habisnya mas fayat kelamaan ", begitu katanya.
" Tapi masih belum selesai kan, tuh masih ada barang 2 sendok di sana kita makan disana aja yuk mas ", aku mengajak.
Mas ilin pun mengikutiku.
Tidak ada begitu banyak perbincangan siang tadi..kecuali sekedar wacana dari bos membuka gedung baru di sebelah gedung yang sudah ada.
Biasanya manakala bel tanda usai bekerja berbunyi. Kami selalu keluar ruangan bersama dan paling terakhir diantara para karyawan.
Dan sambil berucap salam diiringi senyum keceriaan yang mengakhiri pertemuan di setiap petangnya untuk jumpa lagi keesokan harinya.
Namun senin 3 agustus sore ini aku pulang 10 menit lebih awal.
Setiba aku di kosan, seperti biasa aku buru-buru shalat magrib kemudian makan malam.
Baru dua suap nasi...handphoneku berdering. " oh pak direktur ", bisikku.
Dengan gayanya bicaranya yang khas, beliau bilang " cobalah kau cari informasi tentang ilin, sepulang kerja terjadi kecelakaan di dekat perusahaan kita...denger-denger ilin meninggal.
" inalillahi ", pekikku.
Secepat kilat kusambar sepeda ontelku menuju lokasi kejadian.
Aku bertemu securiti perusahaan disana...juga ada seorang opsir polisi yang menjaga TKP.
Kutanyakan perihal mas olin kepada opsir polisi tersebut...dan penjelasannya membuat tubuhke gemetar hebat.
" helm yang dikenakan hancur dan kepalanya pendarahan hebat, saat dibawa ke rumah sakit sudah tidak tertolong lagi ", opsir itu menjelaskan.
" Saudara siapa ? ", opsir itu bertanya kepadaku.
" saya adalah temannya, sahabatnya, iyah sahabatnya saja ", hatiku pilu tiada tara.
Rupanya taqdir kehidupan telah menentukan mas ilin, sahabatku untuk berpulang di senja magrib petang itu.
Selamat jalan mas ilin...sahabat baruku.
Satu diantara dua sahabat, dan yang lebih aku cintai telah Engkau ambil ya Allah..
Kutulis paragraf kecil ini setelah kubacakan alfatihah dan yasin kehadirat Illahi Rabbi untukmu.
Aku ikhlas..
Seperti dalam do'aku semoga Allah SWT, menerima kepulanganmu penuh dengan ampunan dan kebaikan.
Rupanya cuma sampai disini saja kisah persahabatan kita.
Biarlah akan kutapaki sisa-sisa kenangan itu yang pastinya akan menimbulkan  perih tertoreh dalam hati di sepanjang hari.
Jalan pulang itu telah mengantarmu pulang untuk selamanya.
A true storry.
For my best and beloved friend, ilin in memories
With love,
Fayat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Nahkoda

Surat Untuk Nahkoda 2014. Cukup angka itu yg akan selalu diingatnya. Sejak saat itu, selalu saja 2 buah pucuk surat tulisan tangan kakeknya ...