Kesunyian adalah tempomu.
Belai angin di dedaunan, bentuk iramamu.
Alam yang menghijau, adalah syairmu.
Diam seribu bahasa, merupakan pesona misterimu.
Dengan senyummu, benang kusut pun terurai lembut.
Dengan diam melodimu, yin yang pun terbangun dari lelapnya.
Dengan sunyimu, raja hutan pun menjadi gusar dalam kecemasan.
Bahkan,, hanya dengan belaimu saja para pendosa terbuai terlelap tenang.
Kau selalu begitu.
Bahkan bias tatapmu, wujud nasihat damai kalbuku.
Kau tidak berubah.
Dan diam bahasamu, bagaikan zona nyamanmu untukku.
T'lah kucoba menggapaimu.
Tapi kau selalu begitu.
Kau pun berlalu, larut bersama waktu.
Tapi desir angin di dedaunan, serta sentuhan halus endapan kakimu di tiap nafasku.
Kau ternyata abadi..
Duhai,,.
Lihatlah pada rambutku yang kian memutih.
Lihatlah pada wajahku yang kian mengeriput.
Lihatlah pada tubuhku yang kian merenta.
Lihatlah kemari, kau sungguh membuatku lelah.
Bagaimana mungkin, kau yang selalu diam.. bisa memahami segala sesuatu ???.
Bahkan hingga diujung senja pun, aku tak mampu lagi memahami arti pedulimu itu.
15.07.16
Writted by yayat budiman.
Macapat ; megatruh
Iklan
Selasa, 14 Februari 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Surat Untuk Nahkoda
Surat Untuk Nahkoda 2014. Cukup angka itu yg akan selalu diingatnya. Sejak saat itu, selalu saja 2 buah pucuk surat tulisan tangan kakeknya ...
-
Cerita lusa, jum'at malam. As ussualy, I always read yasen one kind of surah in the holly Qur'an, I read it with the surah al...
-
Lencana Mengabdi Desa. Apa yang ingin aku nyatakan untukmu wahai para pendahulu dan yang terkemudian, hanyalah sebuah harapan, " Tuhan,...
-
Surat Untuk Nahkoda 2014. Cukup angka itu yg akan selalu diingatnya. Sejak saat itu, selalu saja 2 buah pucuk surat tulisan tangan kakeknya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar